Heri Ismakut Membuat Barang Antik dari Kayu Limbah (Foto: Ega Patria For Naraloka)


Ponorogo – Limbah kayu yang sering kali dianggap tak berguna ternyata bisa menjadi produk bernilai seni dan ekonomi tinggi. Di tangan Heri Ismakut, warga Desa Mojomati, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, kayu limbah disulap menjadi kerajinan antik khas Jawa seperti blawong dan blencong.

Kerajinan ini tak hanya digemari masyarakat lokal, tapi juga telah merambah pasar nasional hingga ke Bali dan Jakarta.

Hidupkan Kembali Seni Ukir Tradisional Jawa

Heri Ismakut, pria berusia 45 tahun, telah lebih dari lima tahun menekuni kerajinan ini. Ia menggunakan kayu limbah dari bongkaran rumah tua dan sisa pembuatan meubel yang banyak ditemukan di sekitar desanya.

“Awalnya saya hanya mencoba-coba membuat ornamen Jawa dari kayu bekas. Ternyata banyak yang suka, terutama karena bentuknya klasik dan antik,” ungkap Heri.

Dengan keterampilan ukir khas Jawa dan teknik pewarnaan tempo dulu, Heri membuat berbagai kerajinan kayu seperti blawong (papan tempat keris) dan blencong (tempat lampu minyak untuk pentas wayang kulit). Setiap produk dikerjakan secara manual dengan penuh ketelitian, membutuhkan waktu 3 hingga 7 hari untuk satu produk, tergantung kerumitannya.

Ramah Lingkungan dan Bernilai Ekonomis

Keunikan kerajinan Heri bukan hanya pada desainnya yang klasik, tetapi juga pada penggunaan bahan baku ramah lingkungan. Limbah kayu yang semula dibuang atau dibakar, kini memiliki nilai ekonomis tinggi.

Harga kerajinan bervariasi, mulai dari Rp500 ribu hingga jutaan rupiah. Beberapa pembeli bahkan memesan dalam jumlah besar untuk keperluan dekorasi rumah, galeri seni, hingga hotel bernuansa etnik.

Laris di Pasar Nasional

Meski diproduksi secara rumahan, kerajinan tangan Heri telah menembus pasar luar daerah. Pembelinya berasal dari berbagai kota besar seperti Yogyakarta, Jakarta, dan Bali.

Gigih Prasetiawan, salah satu pembeli asal Jogja, mengaku tertarik karena nuansa klasik yang kuat dalam karya Heri.

“Bentuknya unik dan klasik banget. Selain bisa jadi pajangan, juga punya nilai sejarah dan seni. Saya beli untuk dipajang di rumah sekaligus koleksi,” ujarnya.

Jaga Warisan Budaya Lewat Kerajinan

Lewat karya-karyanya, Heri tak hanya mengangkat nilai ekonomi dari kayu bekas, tapi juga berperan dalam menjaga warisan budaya Jawa yang nyaris dilupakan. Ia berharap, semakin banyak generasi muda yang tertarik mempelajari seni ukir tradisional.

“Saya ingin generasi muda tahu kalau seni ukir Jawa itu indah dan bernilai. Jangan sampai punah,” pungkasnya.(epa/taa)